Tugas Review Jurnal –
Nama Mahasiswa: Annisa Nuriowandari
NIM: PS05748
Mata Kuliah: Dasar-Dasar Konseling
Judul Jurnal: Decreasing Elementary School Children’s Disruptive Behaviors: A Review of Four Evidence-Based Programs for School Counselor; Mengurangi Perilaku Mengganggu pada Anak-Anak Sekolah Dasar: Resensi dari Empat Program Intervensi Untuk Konselor Sekolah (Jurnal Volume 8 Nomor 4)
Penyusun: Blaire Cholewa dari Kean University; Sondra Smith-Adcock dan Ellen Amatea dari University of Florida
1. Latar Belakang Teori/Tujuan:
Artikel ini bermaksud untuk memberikan rangkuman dan gambaran mengenai empat program intervensi yang terbukti efektif dalam menangani anak-anak dengan perilaku disruptive atau mengganggu. Di sini dibahas pula kaitannya dengan peran dan ketrampilan yang dimiliki oleh para konselor sekolah.
Dasar review dalam artikel ini adalah penemuan bahwa penanganan permasalahan perilaku anak dengan metode pemberian konsekuensi (hukuman) secara koersif cenderung kurang efektif (Dupaul dan Stoner, 2003) dan terkadang justru menimbulkan efek negatif seperti memperkuat perilaku mengganggu itu sendiri (Patterson, Reid, Jones, & Conger, 1975; Patterson, Reid & Dishion, 1992) sehingga perlu ditemukan metode intervensi lain yang lebih efektif.
2. Metode:
Dari 26 program intervensi valid, dipilih 6 program intervensi dan dari 6 program intervensi, program The Seattle Social Development Project (SDDP) dikeluarkan karena merupakan program terdahulu dari program Raising Healthy Children, salah satu dari 5 program lainnya, sementara program Classroom Centered/Family School Partnership Intervention dikeluarkan karena baru diujicobakan di sekolah-sekolah yang berada di Baltimore sehingga 4 program intervensi yang menjadi bahan review adalah program Linking the Interest of Families and Teachers (LINK), Fast Track/Paths, Raising Healthy Children (RHC), dan The Incredible Years (IY).
Penyeleksian ini dilakukan oleh 3 pihak yaitu Terzian dan Frazier (2005), Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention (OJJDP; Kantor Penegakan Keadilan dan Pencegahan Kenakalan Remaja) (1999), Center for Substance Abuse Prevention (CSAP; Pusat Pencegahan Penyalahgunaan Obat-Obatan). Seleksi ini dilakukan berdasarkan beberapa kriteria inklusi tertentu: a.) kemungkinan penerapannya oleh konselor dan personil sekolah, b.) tingkat efektivitasnya pada populasi yang berbeda, dan c.) tingkat aksesibilitas serta kemudahan penggunaan.
Dalam masing-masing analisis penelitian yang mendasari rancangan tiap program, digunakan berbagai metode analisis yaitu: metode survival analysis dan metode regresi random terstandar pada program LINK; model campuran antara dua level (analog hingga analisis kovarian/ANCOVA) dan modeling analisis linear pada program Fast Track; studi analisis multi-varian pada program RHC; dan ANCOVA pada program Incredible Years; serta beberapa metode analisis lainnya.
3. Hasil dan Pembahasan:
Hasil analisis review dapat diuraikan sebagai berikut:
Program LINK (Linking the Interest of Families and Teachers)
Hasil dari ujicoba program LINK menunjukkan tingkat efektivitas tinggi berdasarkan adanya perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok eksperimen (partisipan program) dengan kelompok kontrol pada aspek agresivitas fisik oleh anak terhadap teman sepermainan, menurunnya sikap permusuhan orangtua selama diskusi problem-solving dalam keluarga, serta meningkatnya kesan guru terhadap perilaku anak selama di kelas. Studi berkelanjutan selama 3 tahun sesudah ujicoba program menunjukkan bahwa siswa yang pernah menjadi partisipan program LINK memiliki kecenderungan rendah untuk menjadi hiperaktif, implusif, dan kehilangan konsentrasi selama berada di kelas dibandingkan dengan siswa dalam kelompok kontrol. Di samping itu mereka juga menunjukkan kecenderungan rendah untuk mengonsumsi alkohol dan/atau melakukan kenakalan remaja.
Program Fast Track/Paths
Hasil dari ujicoba program Fast Track menunjukkan tingkat efektivitas tinggi berdasarkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam aspek level emosional, ketrampilan social-coping, ketrampilan membaca, nilai akademik kesenian dan bahasa, serta keadaan lingkungan teman sepermainan yang positif. Ditemukan juga adanya peningkatan signifikan bagi orangtua ditunjukkan dengan proses keterlibatan orangtua yang hangat dan positif pada keseharian, penerapan kedisiplinan yang konsisten, keterlibatan sekolah, berkurangnya penggunaan hukuman yang sifatnya kasar, meningkatnya kepuasan dalam pengasuhan dan self-efficacy. Ditemukan juga bahwa intervensi kelas universal secara signifikan mampu memengaruhi tingkat agresivitas dan perilaku negatif kelas para partisipan program tersebut.
Program RHC (Raising Healthy Children)
Hasil dari ujicoba program RHC menunjukkan tingkat efektivitas tinggi berdasarkan adanya kecenderungan bagi kelompok eksperimen untuk lulus dari sekolah dan berhasil memperoleh pekerjaan daripada rekan mereka yang berada dalam kelompok kontrol. Para peserta SSDP juga memiliki pengendalian emosi yang lebih baik, tingkat suicidal thoughts yang rendah, serta keterlibatan yang rendah dalam aksi kenakalan remaja. Namun belum ada studi yang cukup terkait penerapan program pada populasi yang heterogen.
Program IY (Incredible Years)
Hasil dari ujicoba program Incredible Years menunjukkan tingkat efektivitas tinggi berdasarkan adanya penurunan yang signifikan oleh kelompok eksperimen pada permasalahan tingkah laku anak baik di rumah maupun sekolah, terutama ketika orangtua turut dilibatkan dalam program pelatihan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa guru yang turut terlibat dalam program Incredible Years akan cenderung mengurangi penggunaan strategi disiplin yang tidak layak atau kasar dan bersikap lebih mendidik (nurturing) daripada guru dalam kelompok kontrol. Ditemukan pula adanya perubahan signifikan terhadap perilaku orangtua dan lebih rendahnya tingkat agresivitas anak. Program ini juga ditemukan efektif pada populasi yang lebih luas, dengan budaya serta tingkat ekonomi yang berbeda.
4. Kesimpulan:
Mengingat tingginya jumlah anak yang memiliki perilaku mengganggu serta program-program intervensi yang tidak terbukti efektif, konselor sekolah memiliki tanggung jawab untuk menemukan program yang efektif agar masalah ini dapat lekas diatasi. Tujuan artikel ini adalah menyediakan informasi bagi konselor sekolah untuk melakukan pendekatan dengan basis “bukan bekerja lebih keras melainkan bekerja dengan lebih cerdas” – dengan cara mengurangi waktu yang dihabiskan konselor untuk menangani kesulitan siswa individual dan meningkatkan kemampuan mereka untuk bekerja secara pro-aktif dan bekerjasama dengan guru dan orangtua dalam menyelesaikan permasalahan perilaku anak.
Critical Review:
Secara keseluruhan, artikel telah memenuhi standar penulisan dan menyediakan informasi yang cukup lengkap. Proses pengkategorian dan kriteria yang diajukan oleh penulis juga didukung oleh beberapa literatur lain misalnya gagasan yang menyatakan bahwa permasalahan perilaku mengganggu di ruang kelas seringkali berkaitan dengan rendahnya konsep diri sehingga untuk menangani perilaku seperti ini, anak-anak perlu dibantu dalam pembentukan konsep diri (Bidell, et al; 2010; jurnal volume 8 nomor 9) serta kriteria lain, yaitu pentingnya keterlibatan orangtua dalam membentuk lingkungan rumah yang mendukung penanganan perilaku mengganggu pada anak (Amatea, et al; 2010; jurnal volume 8 nomor 36).
Namun ada beberapa hal yang dapat menjadi isu seperti tidak tersedianya informasi kuantitatif mengenai ukuran tingkat efektivitas yang dianggap memenuhi standar. Walaupun penulis telah menyatakan bahwa keempat program yang dibahas telah memenuhi kriteria-kriteria yang diajukan, namun pembaca masih dapat mengalami kesulitan dalam membandingkan tingkat efektivitas antara keempat program tersebut. Perbedaan variasi antara keempat program ini juga masih kurang jelas sehingga kemungkinan akan mempersulit pembuatan keputusan terkait pemilihan program intervensi yang mana yang lebih tepat diterapkan dalam situasi yang sedang dihadapi dengan asumsi bahwa keempat program ini memiliki karakteristik masing-masing.