Game, Hobby

9 Hours 9 Persons 9 Persons: One of Best Thriller Games

“How much further do I still need to go before I find the exit?”

Pernah dengar game ini sebelumnya? Well, ini adalah salah satu game favorit saya. Sebetulnya saya sudah selesai memainkannya setahun lalu, tak lama setelah game ini diluncurkan, tapi memang baru sekarang sempat menuliskan entri tentang 999.

9 Doors 9 Persons 9 Hours seringkali disingkat menjadi 999 untuk mempermudah obrolan. Aku tidak terlalu ingat bagaimana awalnya aku menemukan game ini. Sepertinya waktu itu aku hanya browsing iseng di gamespot tentang game Ace Attorney, kemudian di kolom “Game You Might Also Like,” cover preview 999 muncul.

Cover of 999

Dari segi gambar? Kalau bukan menarik, bisa dibilang cukup oke. Sudah kelihatan nggak asal gawe. Kalau dibuat dengan serius, ada jaminan plot gamenya akan bagus – dan itulah alasan utama mengapa saya begitu tertarik. Dan entah kenapa, menurut saya, judulnya mampu mengemas game itu dengan ringkas namun meninggalkan kesan misterius. Saya langsung membayangkan sebuah plot death-trap dalam batas waktu 9 jam, 9 orang yang terperangkap harus menemukan satu pintu dari sembilan pintu yang merupakan satu-satunya pintu yang bisa dilewati oleh kita seorang.

Kesan itu tidak jauh meleset.

Inti cerita dari game ini adalah sembilan orang yang terkunci dan dikondisikan untuk menemukan misteri dan memecahkan teka-teki yang ada untuk dapat kabur dari tempat itu. Kesembilan orang itu nantinya akan bermain dengan pintu-pintu yang bernomor satu sampai sembilan. Yang meleset hanyalah bayangan bahwa tiap orang hanya bisa memasuki satu pintu.

Platform game ini adalah Nintendo DS, jadi alternatif untuk memainkan game ini ada dua: membeli konsol NDS atau menggunakan emulator dan memainkannya di PC. Gameplay 999 cukup serupa dengan Visual Novel, yaitu tipe novel yang mengandalkan aspek visual dan audio. Bagi kalian yang awam dengan Visual Novel, kalian bisa membayangkan buku cerita bergambar anak-anak. Visual Novel kira-kira memiliki gambaran yang sama, namun dengan isi dan genre yang berbeda, serta fitur audio yang memungkinkan adanya voice-acting untuk setiap dialog sehingga bisa meningkatkan interaksi dan keterlibatan unsur roleplaying bagi pemain. Perbedaan antara Visual Novel dengan game adalah penekanannya pada paragraf tulisan yang menggambarkan keadaan dalam game hingga seluruh karakter dan atmosfir dalam game nantinya dapat dibangun secara sempurna dengan dukungan audio dan gambar.

Berbeda dengan seri Ace Attorney, 999 cenderung lebih sulit untuk di-bruteforce, alias ajian asal-pencet sehingga untuk memainkan dan melanjutkan cerita, kamu dituntut untuk benar-benar berpikir. Bagi penggemar misteri dan thriller non-action yang biasanya cenderung intelektual, 999 bisa jadi pilihan bagus untuk refreshing. 999 memastikan setiap unsur game, mulai dari dialog hingga petunjuk untuk memecahkan teka-teki di awal akan memiliki kaitan dengan cerita berikutnya sehingga game ini hanya dapat meninggalkan kesan bagi orang yang memang memainkannya secara utuh, bukan sekadar melanjutkan save atau langsung mengikuti jawaban yang sudah tersedia di walkthrough.

Game ini juga bukan game tempat kamu bisa asyik membacok karakter orang lain seperti sosiopat. Jika kamu adalah salah seorang yang cukup menggemari sastra dan novel serius, 999 akan meninggalkan kesan yang cukup dalam, apalagi mengingat bahwa desain 999 adalah ‘game’, bukan novel sastra. Karakter Junpei bukan tipikal tokoh utama laki-laki di komik yang selalu ingin menjadi jagoan yang menolong gadis yang ia cintai atau selalu berpikir mesum. Dia hanya laki-laki biasa, tanpa kemampuan fisik atau psikis ajaib yang mendadak turun dari langit. Dialog-dialog yang disusun untuk karakter Junpei sendiri sangat pas untuk merespon tiap adegan. Ketika kita merasa kesal melihat respon karakter lain, Junpei juga bertingkah sama. Kamu akan jarang menemukan kontradiksi antara apa yang kamu rasakan ketika bermain dengan apa yang dirasakan oleh Junpei.

Rasa puas yang juga kamu peroleh ketika berhasil menyelesaikan misteri sebelum si game membeberkan segalanya akan terus melekat. Belum lagi sound-effect dan musik yang dipilih untuk melengkapi game ini mampu membangun atmosfir-atmosfir secara tepat. Suara-suara logam yang bergesekan, pintu yang berdecit, suara tetesan air, sekaligus momen-momen ketika backsound memang dihilangkan perlahan-lahan akan ikut membuatmu yang hanya duduk di depan layar merasa resah.

Also don’t worry – 999 is not a horror game. It would not contain any lame so-called-scarysurprise, like a weird creature who suddenly jump to your face. Walaupun tetap saja ada adegan yang saya benci seperti ketika Junpei, karakter yang kita mainkan, membuka pintu perlahan-lahan. Kegelapan yang ada di balik pintu membuat seolah-olah ada sesuatu yang selalu siap menyergap kita.

What could be waiting behind this door?

Di post lain, saya akan membahas kesan mengenai game setelah usai bermain, dan tentunya akan mengandung beberapa spoiler, jadi untuk kalian yang belum pernah main sebaiknya membatasi diri untuk membaca entri ini saja. Jangan cari ringkasan cerita di Wikipedia juga karena Wikipedia cukup ahli dalam bidang spoiler.

Apapun yang memiliki genre misteri dan thriller tidak pernah dimaksudkan untuk dibaca terlebih dahulu sebelum dibaca atau dimainkan sendiri oleh kita..  -__-

Leave a comment